Make Money With 10-cash.com

10-cash.com

Click Please...

Sunday, August 29, 2010

TERATAK USANG:Sedikit Ingatan Di Bulan Ramadhan

Tiba-tiba aku terjaga awal subuh di bulan ramadhan ini.Sedangkan saya tidur agak lewat kerana menyediakan artikel untuk blog saya yang lain.Untuk tidur semula tentunya menyukarkan untuk saya bangun bersahur.Jadi saya langsung buat kopi pahit.
Waktu Berpangkat Rendah


   Dalam waktu duduk bertongkat dagu di hadapan meja yang sepi tanpa laptop saya.Kebetulan skrinnya rosak dan ongkosnya ,wah...,boleh peningkan kepala.Aku teringat  ayah.Seorang anak yang tinggal jauh dari desa,tentunya dibenterukan ingatan berbalut kerinduan.Dan itu tentunya sering saja datang.

  Dulu semasa masih kecil kami di bangunkan ibu untuk bersahur.Kami akan duduk keliling satu-satunya lampu minyak tanah di ruang makan.Sambil menanti ibu menyiapkan makanan,kami akan duduk menjongkok sambil membungkus tubuh kami dengan sarung palikat.Suasana ngantuk dan dingin di kongsi menguasai kami.Puasa atau tidak kami akan tetap di bangunkan untuk bersahur.Melainkan adik yang masih kecil diatas ayunan.Ruang makan turut berasap bila ibu memasak kerena bahan apinya kayu.

   Aku teringin meneruskan catatan yang sudah-sudah,tapi cuba membawakan cerita pertempuran ayah selama waktu pendudukan Jepang dan Belanda tetapi aku tidak berani.Takut cerita itu nanti tidak benar dengan fakta sebenar.Kebetulan kebanyakan cerita yang aku dengan dari ayah masih samar-samar.Banyak cerita ayah tentang pertempuran di Tim-Tim,Surabaya serta serata Indonesia masih tidak mampu saya dalami sebaiknya.Aku harap menjelang syawal nanti bila balik ke desa saya dapat cerita yang lebih baik.Kalau sudah jelas baru saya berani bercerita.

  Jadi saya lagi terfikir kisah ayah secara keseluruhannya.Dan kalau melihat pengalaman saya yang bersekolah dan membesar di Malaysia,prajurit di layani cukup wajar dan baik sekali.Saya jadi tertanya-tanya apa ayah tidak layak untuk itu kalau di Indonesia.

   Ratusan juta anak-anak Indonesia kini menikmati erti kemerdekaan,kebebasan dan kerharmonian perekonomian sendiri kerana perjuangan para prajurit seperti ayah.Ayah sendiri sebenarnya tidak menyentuh persoalan ini ,mungkin kerana kecintaan itu lebih nikmat dari bobotan materi yang menghilankan kecintaan tanah air.

   Setahu saya kebanyakan prajurit yang terjun ke dalam peperangan besar di masa-masa penjajahan adalah anak-anak muda Indonesia.Mereka menghabiskan masa mudah mereka di kem latihan dan di medan pertempuran.Soal santai jauh dari imigenasi mereka sendiri.Kerana kecintaan yang ikhlas itu ,mereka tidak pernah merugut dengan apa kekurangan yang ada.Mereka tidak pernah meminta selain megharapkan kemerdekaan bangsa Indonesia.Mereka juga tidak terfikir tentang kesukuan,etniksme dalam diri mereka.Ayah sendiri pernah terlibat dalam pertempuran denagn tentera Portugis di Tim-Tim.Di sumatera,Jawa dan Pulau Sulawesi sendiri.Ayah sendiri tidak bertanya kenapa harus bergadai nyawa untuk bebeskan daerah lain dareahnya bagaimana.Yang ada adalah dirinya sendiri dan seluruhnya adalah Indonesia.

  Tapi anak mudak dewasa ini keliru mana satu membina nusa atau menghancurkannya.Sedangkan mereka punya pendidikan jauh lebih baik dari prajurit pembina kemerdekaan itu sendiri.Mereka sanggup berdemo melakukan ankiri terhadap bangsa mereka sendiri sedangkan mereka lahir sebagai bangsa Indonesia.Seburuk mana pun kehidupan kita harus bangga menjadi bangsa Indonesia.Kerana kecintaan itulah kekayaan yang suci yang dapat kita miliki sepenuhnya dalam apapun status dan kondisi kita,

   Anak mudah Indonesia harus berparti-sipasi dalam apa juga langkah membangunkan bangsa.Soal perbedaan politis harus di ketepikan bila waktu pemilu berlalu.Keputasan sudah di buat dan majoritilah yang harus memerintah.Suara dan upaya pemilihan itu harus di hormati sebagai mendukung kita anak bangsa berfikiran terbuka(open mainded).Terima keputusan majoriti sekalipun kita kalah dalam dukungan politis.Open mainded bukan open pakainya.Short kan pakainya dan akalnya.semangat itulah yang ada dalam pemikiran para prajurit Kemerdekaan Indonesia.

   Ayah bermula dari prajurit bawahan sehingga menjadi dosen di Universitas tentera setelah Indonesia merdeka kemudian pensiun dan merantau.Cuma sebagai anak,saya merasa iri dengan layanan cukup baik kerajaan Malaysia dengan bekas prajurit mereka.Tapi ayah sering mendapat layanan yang agak memalukan oleh konsulat besar Indonesia itu sendiri.Tapi lucu dan kagetnya saya,ayah tidak pernah merungut tentang sebaliknya hanya merasakan kebanyakan petugas di konsulat muda dan tidak mahu di repotkan.

  Dulu setelah ayah tertipu oleh majikannya dalam syarikat penebangan kayu bakau,ayah meminta jasa konsulat tetapi mereka sepi-sepi saja.Kerana tidak tahu kemana nak di tuju,keluarga kami numpang tingga di sebuah pulau di Sandakan.Pulau Tanjung Pasir.Jadi nelayan dengan segala-galanya di kontrak.Sudahnya penghasilan tidak pernah cukup untuk kami makan dua kali sehari semalam.Dah asik makan bubur atau ubi kayu.Pendidikan awal memang jauh dari mimpi kami sekalipun.Kalau pelajaran panjat pokok kelapa atau mangga liar sekitar pulau.Kerana sengsara hidup di bawa kemiskinan dan hutang mala makin bertambah walaupun hasil tangkapan selalu lumayan tapi habis di meja pihak ketiga saja,ayah mengambil keputusan berpindah ke Sim-Sim Sandakan.Persekolahan abang mula semula

 Kemudian ayah terfikir menubuhkan satu organisasi kemanusian untuk membantu anak-anak perantau dalam hal dokumentasian.Lalu ayah bergabung dengan beberapa rakan menubuhkan PERKISA.Operasinya secara percuma menguruskan visa dan hal-hal berkaitan dengan pekerja Indonesia di Sabah.Untug saja kalau ada yang hulurin uang,dapat juga kami makan nasi dan bayar kontrakan bilik di kampung air Sim-Sim.Kerana selalunya bubur seperti di pulau.Namun ayah akhirnya tarik diri kerana kemiskinan begitu terasa dalam keluarga kami yang ramai.

  DI Sim-Sim daerah Sandakan sekitar awal 70-an ayah aktif membantu warga Indonesia dalam PERKISA.Ayah cuba juga menjejaki majikannya yang berpusat di Tawau.Tapi mustahil untuk ke Tawau mencari justru minta jasa baik konsulat tapi tidak di perduli.Melihat kondisi yang hampir sama dengan kehidupan di Pulau,ayah perlahan-lahan mencari pekerjaan di perladangan  di pedalaman Sandakan.Kebetulan PERKISA mula diseleyengkan oleh kalangan rakan ayah dari dasarnya sebagai organisasi bantuan bukan keuntungan.Ayah keluar bila tidak dapat di bentung lagi pemgambilan ongkos dan penipuan kepada warga Indonesia yang bekerya di Sabah.

  Seorang bekas hansip ayah semasa perang kebetulan bertemu ayah di bandar Sandakan lalu mengajak ayah bekerja di syarikat perladangan.SEKILAN DESA SDN BHD,sebuah syarikat milik kerajaan negeri waktu itu sekitar tahun 1975 rasanya.Kemudian bermula lagi kehidupan seorang buruh perladangan yang banyak pahitnya dari indahnya
Penulis Berada Dalam Pelukan TKI Pimpinan Ayah

akan menyusul

No comments:

Untuk 8 berita terbaik minggu ini

Search 2.0

Friends & Partners